PENGAJIAN AKBAR PERINGATAN ISRA' MI'RAJ OLEH USTADZAH FARIDA HAMZAH, S. Pd
Pengajian Akbar Isra Mi'raj 1445/2024 dengan tema "Membangun Generasi Muda Islami Berdasarkan Keteladanan Akhlak Nabi Muhammad Saw." yang dilaksanakan pada hari Kamis, 8 Februari 2024 di masjid Jami' Al-Istiqomah, Tegalrejo, Salatiga. Pengajian Akbar dalam rangka memperingati Isra' Mi'raj kali ini diisi oleh yang terhormat Ustadzah Farida Hamzah, S.Pd dari Kab. Semarang.
Bagi kita umat muslim, tentunya sudah tidak asing lagi dengan yang namanya Isra' Mi'raj. Isra' Mi'raj merupakan peristiwa penting bagi umat Islam. Momen ini untuk memperingati perjalanan di malam hari yang dilakukan Nabi Muhammad SAW ke Sidratul Muntaha di langit ke tujuh.
Ketika menyampaikan mauidhoh nya, beliau menjelaskan, bahwa bulan
Rajab merupakan bulannya Allah. Kenapa? Rajab terdiri dari 3 huruf yaitu:
1. Ra', yaitu bermakna Rahmatullah. Di bulan Rajab, Allah
memberikan Rahmat kepada seluruh umat manusia, baik yang meminta atau pun yang
tidak meminta.
2. Jim, yaitu Jaddullah yang artinya kemudahan. Allah akan
memberikan kemudahan-kemudahan bagi hambanya baik yang meminta atau tidak
meminta. Kesulitan-kesulitan yang dialami, InsyaAllah akan diberikan
kemudahan oleh Allah. Maka dari itu, di bulan Rajab ini terdapat amalan-amalan
yang diajarkan oleh Rasulullah yaitu seperti, puasa.
3. Ba', yaitu birrullah yang artinya kebaikan. Di bulan Rajab,
Allah memberikan kebaikan-kebaikan di bulan Rajab. Jika hambanya meminta, maka
semua kebaikan-kebaikan akan diberikan oleh Allah.
Lalu mengapa dinamakan bulan Rajab? Di situ ada nilai
keistimewaannya. Ada peristiwa yang luar biasa yaitu peristiwa Isra' Mi'raj
Rasulullah Saw. Karena jika diceritakan peristiwa Isra' Mi'raj, maka akan ada
manusia yang tidak percaya. Namun ada juga manusia dapat percaya dengan mengambil cerita Isra' Mi'raj dengan apa yang sudah diberikan Rasulullah berupa wahyu yang Ia terima dari Allah periSWT. Yaitu perintah
shalat lima waktu.
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ
الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ
مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Artinya: "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan
hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang
telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui."
Dalam Q.S Al-Isra' tersebut, dijelaskan perjalanan
Rasulullah Saw dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha kemudian ke Sidratul
Muntaha yang melewati tujuh langit. Dalam setiap langit, Nabi Muhammad Saw.
disambut oleh para nabi terdahulu.
Pada langit pertama disambut oleh Nabi Adam As. Langit kedua
disambut oleh Nabi Yahya As. dan Nabi Isa As. Langit ketiga disambut oleh Nabi
Yusuf As. Langit keempat disambut Nabi disambut oleh Nabi Idris As.
Langit kelima disambut oleh Nabi Harun As. Langit keenam disambut oleh
Nabi Musa As. Ketika menyambut Nabi Muhammad Saw. Nabi Musa As. Menangis karena
melihat Nabi Muhammad yang masih muda tapi mempunyai umat yang jauh lebih
banyak masuk surga dibandingkan dengan umatnya. Nabi Musa menyesal, karena
tidak bisa memaksimalkan usianya yang jauh lebih panjang untuk bisa berdakwah
pada umatnya, agar bisa patuh seutuhnya kepada Allah SWT.
Dan sampailah Nabi Muhammad ke langit ketujuh yang merupakan
singgasananya Arsy Allah. Sehingga terdapat dialog antara Nabi Muhammad dengan
Allah yang diterapkan dalam bacaan shalat yaitu ketika membaca tahiyat.
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ
السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ
Bacaan tahiyat tersebut, merupakan wujud dari kebahagiaan Nabi
Muhammad bisa bertemu dengan Allah. Dan Allah mengucapkan selamat, memberikan
kerahmatan kepada Nabi Muhammad. Dengan demikian itu, mengapa menjawab salam
hukumnya wajib, sedangkan menyampaikan salam hukumnya sunah? Karena ketika
Allah menjawab salam Nabi Muhammad, di situlah ada nilai keselamatan,
kerahmatan, dan keberkahan.
Tibalah, setelah terjadi dialog antara Nabi Muhammad dan Allah,
Allah memberikan wahyu berupa shalat yang awalnya 50 rakaat menjadi 5 waktu
shalat setelah terjadi negosiasi antara Nabi Muhammad dan malaikat
Jibril.
Setelah menerima wahyu berupa shalat 5 waktu, Nabi Muhammad turun
dari Sidratul Muntaha. Di perjalanan turun, Nabi Muhammad diajak dan
diperlihatkan kejadian-kejadian luar biasa, seperti umatnya yang mendapat
siksaan api neraka karena sering melakukan maksiat, kemudian diperlihatkan juga
nikmatnya hidup di surga karena perbuatan umatnya yang sering melakukan
kebaikan.
Nah, jadi inti dari peristiwa Isra' Mi'raj menurut Ustadzah Farida
Hamzah, yaitu bagaimana wahyu yang diberikan kepada Nabi Muhammad bisa
diaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari, yang paling utama yaitu shalatnya
harus dijaga. Karena nanti yang akan ditanyakan dan dipertanggungjawabkan di
alam kubur yaitu amal-amal kebaikan, seperti shalat, membaca Al-Qur'an, sedekah
jariyah, dan lain sebagainya.
Semoga kita selalu diberikan kekuatan oleh Allah untuk selalu
melakukan kebaikan. Fastabiqul khoirot, berlomba-lomba dalam kebaikan.
Dalam mauidhoh yang disampaikan oleh Ustadzah Farida Hamzah tidak
hanya Isra' Mi'raj yang disampaikan, namun juga sedikit menyinggung tema
tentang "Membangun Generasi Muda Islami Berdasarkan Keteladanan Akhlak
Nabi Muhammad Saw."
Beliau menuturkan tentang kunci menjadi generasi emas yaitu:
1. Bertaqwa
2. Menghormati orang tua dan guru-guru
3. Man Jadda wa Jadda
Di akhir pengajian, beliau menuturkan bahwa yang diharapakan di
akhir kehidupan kelak yaitu mendapatkan predikat paling tinggi yaitu husnul
khatimah serta mempunyai rezeki. Rezeki paling utama, yaitu mempunyai anak-anak
shalih shalihah.
Itulah kisah singkat Isra Miraj yang bisa dijadikan teladan bagi
kita umat Muslim, Menjadikan Peringatan Isra Mi'raj sebagai Dorongan berhijrah
Menuju Pribadi yang Lebih Baik untuk Menjemput Ridha Allah SWT dan menjadikan
Momen Isra Miraj untuk Menguatkan Kecintaan serta Meneladani Akhlak Nabi
Muhammad SAW.
Dep. Litbang JQH Al-Furqan UIN Salatiga
Komentar
Posting Komentar