MAKNA RAMADHAN

 

Memahami dan Memaknai Bulan Ramadhan Lebih Dalam

 


Halo sahabat Al-Furqan!

            Tak terasa kini kita sudah memasuki bulan Ramadhan. Bagaimana dengan puasa sahabat semua? Walaupun sedang berpuasa, semoga tak menyurutkan semangat kita dalam beraktifitas ya! Bertepatan momen ini, penulis ingin mengajak sahabat untuk memahami lebih dalam mengenai makna bulan Ramadhan.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa di bulan Ramadhan umat muslim wajib untuk berpuasa, yaitu menahan diri dari makanan dan minuman serta dari segala keinginan duniawi sejak terbit matahari hingga terbenam. Ramadhan memiliki keistimewaan lebih banyak dari bulan yang lain. Selain itu, Ramadhan merupakan momen besar untuk orang-orang saling berlomba dalam kebaikan karena mengerjakan amal shalih di hari-hari biasa saja pahalanya dilipatgandakan oleh Allah , terlebih jika banyak beramal shalih di bulan yang penuh kemuliaan ini.

Meskipun demikian, melihat realita sekarang tak sedikit juga orang di bulan Ramadhan justru menghabiskan hari-harinya di dapur memasak mempersiapkan menu berbuka dalam skala besar seperti tidak ada hari esok. Selain itu, bukan berfokus mengisi hari dengan bermacam bentuk ibadah namun justru menggunakan waktu luang hanya untuk bermain media sosial atau game. Media sosial pun dibanjiri gambar makanan berbuka puasa yang mewah. Ketika tiba untuk berbuka puasa, seringkali orang menikmati maknaan besar hingga kekenyangan yang sangat disayangkan karena dapat menjadikan seseorang lupa untuk melaksanakan ibadah yang dianjurkan Rasulullah yaitu shalat tarawih.

 Beberapa hal diatas dapat menjadi self reminder, sudah sejauh mana sih kita memaknai bulan Ramadhan? Apakah kita menjadi semakin semangat dalam beribadah atau bermalas-malasan? Apakah di bulan Ramadhan kita memiliki resolusi khusus atau hanya sekedar menjalankan kewajiban puasa dan aktifitas normal seperti hari-hari biasa? Apakah aktifitas kita bermanfaat atau justru membuang-buang waktu?

Pada beberapa kesempatan, penulis telah menghadiri pengajian subuh atau biasa disebut kuliah subuh yang rutin diselenggarakan oleh takmir masjid Darul Falah Desa Susukan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang dan dilaksanakan setelah shalat subuh yang mana kuliah subuh ini sebagai salah satu wadah media dakwah dan sumber kajian bagi masyarakat Desa Susukan dan masyarakat umum di sekitarnya.  Kuliah subuh pada hari Rabu, 06 April 2022 pukul 04.45 WIB tepatnya bersamaan dengan momentum bulan Ramadhan saat ini mengangkat topik “ Memahami dan Memaknai Bulan Ramadhan Lebih Dalam ”. Materi tersebut disampaikan oleh Kiai Qowa’id Tahrir. Beliau merupakan salah satu imam tetap Masjid Darul Falah Desa Susukan. 

Dalam ceramahnya, beliau menjelaskan tentang pentingnya untuk kita memahami dan memaknai bulan Ramadhan yang lebih dalam. Bahwa Ramadhan bukan sekedar puasa, namun juga seperti kesempatan membuka kehidupan dengan lembaran baru yang lebih baik, berhubungan kembali kepada Allah dan mencari pengampunan di bulan suci, melatih kedisiplinan diri dan menebarkan kebaikan. Karena tidak diciptakan manusia di dunia ini oleh Allah kecuali untuk mengabdi kepada-Nya. Jalan untuk mengabdikan diri ini dengan cara semangat terus memperbaiki diri, memperbaiki pola hubungan sosial, lingkungan dan dunia di sekitar kita terutama di bulan yang sangat istimewa yaitu bulan Ramadhan.

Berdasarkan intisari materi yang telah beliau sampaikan, dapat diuraikan sebagai berikut :

1.      Kesempatan Membuka Lembaran Baru

Nabi bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ، فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

Dari Abu Hurairah  menuturkan,“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan padamu berpuasa di bulan itu. Dalam bulan itu dibukalah pintu-pintu langit, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak memperoleh kebajikan di malam itu, maka ia tidak memperoleh kebajikan apapun”. (Hadits Riwayat An Nasa`i: 2079 dan Ahmad: 8631).

      Hadits di atas menjelaskan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh kemuliaan dan keberkahan. Keberkahan di bulan ini adalah pintu-pintu surga terbuka dan pintu-pintu neraka tertutup serta syaitan-syaitan diikat. Dengan demikian, Allah telah memberi kesempatan kepada hamba-Nya untuk masuk surga dengan ibadah dan amal shalih yang mereka lakukan pada bulan Ramadhan.

      Keberkahan Ramadhan lainnya yaitu terdapat suatu malam di antara sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan yang memiliki nilai lebih utama dari seribu bulan yaitu malam kemuliaan Lailatul Qadr. Peristiwa malam kemuliaan Lailatul Qadr juga temaktub dalam Al-Qur’an Surat Al-Qadr ayat 1-5. Selain itu, diturunkannya Al-Qur’an di bulan ini menjadi saksi atas kemuliaan bulan Ramadhan.

      Merujuk pada hadits dan penjelasan di atas, Kiai Qowaid menyampaikan bahwa seluruh hari di bulan Ramadhan, terutama sepuluh malam terakhir pada malam Lailatul Qadr adalah kesempatan besar untuk membuka lembaran baru hidup yang lebih baik, berhubungan kembali dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, berbicara dengan-Nya, berdoa dan berdzikir kepada-Nya, banyak memohon ampunan dari-Nya dan membaca Al-Qur’an dengan pengabdian. Ramadhan membawa kita lebih dekat kepada-Nya. Dengan demikian, orang-orang yang meninggalkan perbuatan buruk seperti di masa lalu, mengisi hari-hari mereka dengan beribadah dan beramal shalih di sepanjang bulan Ramadhan bahkan hingga seterusnya akan memperoleh ketenangan hati dan kedamaian pada hidup.

      Selain itu beliau menjelaskan keberkahan bulan Ramadhan yang lain merupakan pengampunan dosa (maghfirah). Dosa-dosa masa lalu seseorang yang berpuasa Ramadhan diampuni oleh Allah. Sebagaimana hadits Nabi dari Abu Hurairah r.a dia berkata:

      مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni. ” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).

      Hadits di atas menunjukkan benarnya puasa seseorang jika didasari atas iman dan dilakukan ikhlas karena Allah, mengharap pahala-Nya. Bukan melakukannya atas dasar riya’, cari pujian atau hanya sekedar mengikuti kebiasaan orang sekitar.

      Seseorang yang ikhlas melaksanakan puasa Ramadhan, menjalankan syari’at-Nya karena percaya dan mengharapkan pahala serta  ridho dari Allah  maka dosa-dosa di masa lalunya akan diampuni oleh Allah .

2.      Melatih disiplin diri

      Ramadhan jauh lebih dari sekadar berpantang dari makanan dan minuman di siang hari. Ramadhan juga tentang mengingat Sang Pencipta, membaca Al-Qur'an yang diturunkan selama bulan Ramadhan, menghindarkan dan mencegah kita dari perilaku yang buruk, kemaksiatan dan bahaya. Karena penolakan membuka jalan untuk mengawasi tindakan dan pikiran kita. Inilah yang Kiai Qowaid maksud dengan berpuasa Ramadhan dapat melatih disiplin diri.

       Di bulan Ramadhan, seseorang akan menjaga diri dan terdorong berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik dan melakukan perbuatan baik kepada orang lain (karena keinginan yang tulus untuk melakukannya, bukan karena keinginan pamer atau keterpaksaan). Muslim harus menjaga kedamaian mereka di dalam diri mereka sendiri dan dengan orang-orang yang berinteraksi dengan mereka karena Tuhan tidak hanya mencintai yang memenuhi kewajiban mereka terhadap-Nya, tetapi Dia juga mencintai yang menjauhi perbuatan zalim dan menjaga kewajiban mereka terhadap saudara-saudara mereka.

3.      Tebarkan kebaikan di bulan Ramadhan

      Dalam ceramah beliau, poin penting bulan Ramadhan selain membuka lembaran baru dan melatih disiplin diri, juga tentang menebarkan kebaikan. Beliau memaknai Ramadhan adalah tentang kesederhanaan dan menahan diri tidak hanya dari makanan, tetapi dari pemborosan, menghabiskan, membuang-buang makanan, uang dan sumber daya lainnya. Berpuasa Ramadhan sesungguhnya mengingatkan kita tentang semua orang yang tidak bisa makan dan minum setiap hari atau tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, merasakan kepedihan mereka untuk mengingatkan diri kita sendiri betapa diberkahi memiliki makanan dan air.

     Selain itu, beliau juga menjelaskan bahwa Ramadhan mendidik kita untuk menjadi lebih murah hati. Kita pun juga seharusnya peduli dengan orang-orang di sekitar dan tidak fokus pada buka puasa yang mewah untuk diri sendiri tetapi juga berbagi untuk mereka yang paling pantas mendapatkannya yaitu tetangga yang kelaparan, pengemis, anak miskin, pekerja keras dan siapa pun yang bisa kita bantu, kita harus melakukannya karena dalam rezeki kita juga ada hak mereka yang membutuhkan. Ini adalah bulan berbagi dan jika kita dapat membantu orang, maka tujuan Ramadhan telah terpenuhi.

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah dan ampunan, kesempatan yang sangat berharga untuk membuka lembaran baru yang lebih baik, memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan (hablumminallah) dan membangun hubungan yang lebih baik lagi dengan komunitas di sekitar kita (hablumminannas). Karena kita juga tidak tahu kapan akan dipanggil pulang ke sisi-Nya. Apakah kita masih bisa menemui Ramadhan di tahun berikutnya? Atau ini akan menjadi Ramadhan terakhir kita? Maka  sudah seharusnya kita manfaatkan kesempatan berharga ini dengan sebaik-baiknya untuk kegiatan yang bermanfaat dan bernilai ibadah.  Sehingga kita tidak hanya sekedar berpuasa, namun juga menambung bekal untuk di bawa ke kampung akhirat.

Jadi penting untuk kita mengetahui dan memahami makna bulan Ramadhan secara mendalam agar kita dapat mengambil hikmah darinya, menuai hasil penuh dari berpuasa, ibadah dan amal shalih yang kita kerjakan selama ini. Selain itu juga Ramadhan kita akan menjadi lebih berarti.

Semoga Bulan Ramadhan kali ini dapat semakin meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah , memotivasi diri dan menambah semangat untuk terus menjadi lebih baik dari sebelumnya dan dapat bermanfaat untuk orang lain serta menambah rasa syukur kita atas setiap nikmat yang diberikan oleh Allah . Bukan hanya di bulan Ramadhan saja tetapi hingga seterusnya. Karena aktualisasi makna Ramadhan  justru terdapat dalam sebelas bulan lainnya dan Ramadhan menjadi titik perjalanan kehidupan muslim di sepanjang tahun-tahun berikutnya.

            

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUSYKER JQH AL-FURQAN UIN SALATIGA

Awal mula Penetapan Kelender Hijriah oleh Khalifah Umar Bin Khattab

GSQ (Gebyar Seni Qur'aniyy) yang KE XV : "Mewujudkan Generasi Qur'ani yang Unggul dalam Prestasi"