LITBANG: RELEVANSI AKHLAK DALAM KEHIDUPAN BERAGAMA



       RELEVANSI AKHLAK DALAM KEHIDUPAN            BERAGAMA

 


Disusun Oleh: DEPARTEMEN LITBANG JQH AL-FURQAN 


 UNIT KEGIATAN MAHASISWA JAM’IYYATUL QURRA’ WAL HUFFADZ AL FURQAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2021 


 KATA PENGANTAR 

 Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, dan taufik serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah tentang “Relevansi Akhlak dalam Kehidupan Beragama”. Penulis berterima kasih kepada JQH Al-Furqan karena telah mewadahi departemen litbang dalam menghasilkan sebuah karya tulis ilmiah sehingga kami dapat meningkatkan kemampuan dalam hal kepenulisan, terimakasih juga kami sampaikan kepada Ibu Tri Wahyu Hidayati selaku pembina JQH Al-Furqan IAIN Salatiga. Penulis berharap KTI ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca dan penulis mengenai bab tersebut. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam KTI ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan karya tulis ilmiah di masa yang akan datang. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Salatiga, 19 September 2021 Penyusun 
 

BAB I PENDAHULUAN 

Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang istimewa dengan segala kelebihan dan kekurangan pada dirinya. Manusia juga dibekali hati nurani dan rasio akal sebagai tolak ukur pembeda dengan makhluk lainnya. Akal merupakan aspek sangat penting dalam tubuh manusia untuk mengatur jalannya kinerja manusia sehari-hari. Akal juga mengatur dan mengontrol manusia dalam bertingkah laku, sehingga dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Menurut pandangan Islam, tingkah laku perlu diatur agar terciptanya keselarasan hidup, kedamaian, dan kerukunan antar individu maupun kelompok. Tingkah laku tersebut dalam istilah Islam dikenal dengan Akhlak, yang dibagi menjadi dua yakni akhlak karimah (akhlak terpuji) dan akhlak mazmumah (akhlak tidak terpuji). Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan akhlak? Bagaimana relevansi akhlak sebagai agama ? Bagaimana pembagian akhlak menurut pandangan Islam? Bagaimana urgensi akhlak dalam kehidupan? Tujuan Penulisan Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan akhlak. Agar pembaca dan penulis dapat mengetahui dan memahami Relevansinya akhlak dalam beragama. Agar pembaca dan penulis dapat mengetahui dan memahami pembagian akhlak menurut pandangan Islam Agar pembaca dan penulis dapat mengetahui dan memahami urgensi akhlak dalam kehidupan. 

 BAB II PEMBAHASAN 

Pengertian Akhlak menurut Pandangan Islam Dilihat dari segi bahasa, kata akhlak berasal dari Bahasa Arab yang telah diserap ke dalam Bahasa Indonesia. Yang dalam Bahasa Arab kata akhlak merupakan jama’ kata khuluqun yang mengandung arti: Tabi’at, yaitu sifat yang telah terbentuk dalam diri manusia tanpa dikehendaki (tanpa kemauan) atau tanpa diupayakan (tanpa usaha). Adat, yaitu sifat dalam diri manusia yang diupayakan (berusaha) melalui latihan yakni berdasarkan keinginan. Watak, jangkauannya meliputi hal yang menjadi tabi’at dan hal yang diupayakan sehingga menjadi adat kebiasaan. Secara singkat kata akhlak yang berarti kesopanan dan agama (budi pekerti). Akhlak yaitu tingkah laku manusia yang dilakukan dengan sengaja, diawali dari proses latihan yang menjadi kebiasaan, bersumber dari dorongan jiwa untuk melakukan perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Untuk lebih jelasnya, ada perberbedaan tentang akhlak dan ilmu akhlak. Perbedaan antara akhlak dengan ilmu akhlak: Akhlak adalah yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dilakukan dengan sengaja yang muncul dari dorongan jiwa secara spontan. Ilmu akhlak adalah ilmu yang mempelajari dan memberi petunjuk bagaimana berbuat kebaikan dan menghindar dari keburukan, sesuai dengan tuntunan syariat islam. Akhlak menggunakan kan penentuan baik atau buruk perbuatan manusia dengan tolak ukur ajaran Al Quran, sebagaimana firman Allah: يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ قَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيْرًا مِّمَّا كُنْتُمْ تُخْفُوْنَ مِنَ الْكِتٰبِ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍەۗ قَدْ جَاۤءَكُمْ مِّنَ اللّٰهِ نُوْرٌ وَّكِتٰبٌ مُّبِيْنٌۙ “Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu, menjelaskan kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menjelaskan.” (QS Al-Maidah : Ayat 15) Relevansi Akhlak sebagai Agama Agama Islam merupakan agama yang sempurna dengan segala seluk beluknya. Baik dari sudut pandang sejarah berdirinya Islam, Syariat Islam yang mengatur segala aspek kehidupan manusia hingga detail dan terperinci. Disisi lain, syariat Islam juga mengatur kehidupan sesuai dengan arus waktu. Artinya, aturan syariat Islam mengatur umatnya sesuai dengan kebutuhan manusia. Salah satu yang ada pada ajaran syariat Islam adalah akhlak. Setiap muslim, diajarkan untuk menjaga tingkah laku dan juga dalam bertutur kata. Karena menurut pandangan Islam, akhlak merupakan cerminan diri sebagai gambaran tolak ukur seberapa orang tersebut dalam taat beragama dan seberapa kuat Imannya. Orang Islam yang taat beragama, pasti akan baik pula akhlaknya. Karena orang yang taat dan baik agamanya akan benar-benar menjaga akhlaknya sesuai dengan syariat Islam. Orang yang taat beragama akan mengikuti semua perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Hal ini, mendorong manusia muslim juga senantiasa selalu berusaha untuk melakukan akhlak terpuji karena merasa selalu diawasi oleh Allah SWT. Sebaliknya, orang yang jauh dari kata taat kepada agama akan lalai dan durhaka kepada Allah SWT karena dia telah jauh dari sang Kholiq. Sehingga, hal ini juga mempengaruhi tingkah laku manusia tersebut untuk melakukan menjerumus ke jalan yang menyimpang dari ajaran agama Islam. Akhlak selain sebagai gambaran sejauh mana orang tersebut taat beragama juga menunjukkan cerminan diri. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akhlak merupakan tolak ukur seimbangnya antara tingkah laku atau kebiasaan dalam beragama. Akhlak yang baik akan baik pula orang tersebut dalam beragama, demikian juga sebaliknya akhlaknya cenderung tidak terpuji dalam kesehariannya berarti orang tersebut jauh dari kata baik dalam beragama. Pembagian Akhlak menurut Pandangan Islam Pembagian Akhlak Menurut Imam Ghazali ada 2 ; (1) Akhlak yang pertama ini akan menjadikan seorang manusia berjalan di muka bumi dengan kesadaran sebagai seorang abdi atau hamba Allah SWT. (2) Yang kedua adalah akhlak seorang hamba ketika berhubungan dengan sesama manusia (hablun minannas). Secara sederhana, akhlak yang diadopsi dari bahasa Arab khulq diartikan sebagai perangai, tingkah laku, atau sikap seseorang. Adapun kebanyakan ulama mendefinisikannya sebagai sikap dan tingkah laku yang menyatu pada diri manusia dan membentuk kepribadiannya. Akhlak biasanya terbentuk dalam jangka waktu panjang, melalui proses yang berulang-ulang. Akhlak terpuji seperti jujur, berani, tegas, ramah, sabar, kasih sayang, dan dermawan tidak mungkin secara tiba-tiba dimiliki oleh seseorang. Sifat-sifat tersebut melekat dan menjadi karakteristik karena proses penanaman nilai serta pembiasaan yang terus-menerus dari kecil hingga dewasa. Begitupun akhlak tercela. Karenanya, sangat penting menanamkan dan menjaga kebiasaan-kebiasan terpuji yang dilakukan anak-anak, serta mencegah mereka melakukan dan terbiasa dengan hal-hal yang tercela. Bila sejak dini sudah tertanam sikap-sikap terpuji, di masa depan seseorang akan berakhlak terpuji. Dengan demikian, ia akan dikenal sebagai orang yang berkepribadian dan berkarakter terpuji. Bila orang-orang yang berakhlak terpuji berkumpul dan menjadi suatu masyarakat, maka mereka disebut sebagai masyarakat yang berakhlak atau berkarakter terpuji. Jika masyarakat berakhlak terpuji itu bersatu menjadi suatu bangsa, bangsa itu pun akan dikenal sebagai bangsa yang berakhlak terpuji. Demikian juga sebaliknya, jika seseorang berperilaku curang, korup, tidak disiplin, sombong, malas, dan boros, maka ia akan dikenal sebagai seseorang berakhlak tercela. Masyarakat yang di dalamnya terdiri atas orang-orang yang berakhlak tercela, akan disebut sebagai masyarakat berakhlak tercela. Dan, bangsa yang terdiri atas masyarakat yang tercela, bangsanya pun akan dikenal sebagai bangsa tercela pula. Kemajuan ilmu pengetahuan teknologi menyebabkan berkembangnya pula perubahan gaya hidup dan pola pikir masyarakat secara signifikan dalam berbagai aspek. Perubahan tersebut satu sisi membawa kemudahan dan di sisi lain menimbulkan kegelisahan. Kemudahaan dalam memenuhi kebutuhan hidup dan kegelisahan karena terjadinya pergeseran tatanan nilai-nilai akhlak yang ada dalam masyarakat sebagai dampak dari faktor eksternal dengan masyarakat yang telah membuka diri dan menyerap beberapa nilai-nilai dari luar. Ini bisa menyebakan rusaknya tatanan akhlak atau krisis akhlak sebagai seorang muslim maupun muslimah yang dimana akan kehilangan jati diri, dan bisa terjerumus ke dalam tindakan yang tidak terpuji, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, pelecehan seksual, perampokan hingga menghilangkan nyawa seseorang . Akhlak sangat penting untuk kehidupan setiap muslim, baik secara pribadi maupun masyarakat. Karena dengan akhlak seseorang dapat menyempurnakan kepribadiannya. Maka dari itu, setiap aspek ajaran islam berorientasi pada pembinaan dan pembentukan akhlak yang mulia (karimah). Secara garis besar maka, pada dasarnya akhlak itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu: Akhlak Mulia atau Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah atau Karimah) Akhlak mulia atau terpuji disebut juga dengan Akhlakul Mahmudah atau Akhlakul Karimah yaitu sikap dan tingkah laku yang mulia atau terpuji terhadap Allah, sesama manusia dan lingkungannya. sifat mulia tersebut bagi setiap muslim perlu diketahui yang bersumber dari Al Quran dan hadis. Sifat terpuji sangat memberikan jaminan keselamatan kehidupan manusia, dalam hubungan dengan Allah, kehidupan pribadi, bermasyarakat dan negara. Ada beberapa sifat-sifat yang dapat dimasukan dalam kelompok akhlak mulia, yaitu: Contoh Akhlak Terpuji Terhadap Allah Akhlak mulia terhadap Allah diartikan sebagai tingkah laku manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya yang pada prinsipnya manusia yang beriman dan berakhlak mengakui terhadap keEsaan Allah, yang telah menciptakan manusia menjadi makhluk yang paling sempurna di muka bumi ini. Sebagaimana firman-Nya: وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.” (QS. An Nahl (16) : ayat 78). Ayat diatas menunjukkan bahwa Allah telah menciptakan manusia dengan tubuh yang kokoh dan sempurna serta melengkapinya dengan panca indra seperti, pendengaran, penglihatan, penciuman, akal pikir dan hati nurani. manusia harus bersyukur dengan panca indra yang diberikan Allah. Sebagai makhluk ciptaan Allah yang sempurna, sudah sepantasnya manusia mensyukuri apa yang telah Allah berikan dan menggunakan alat panca indra tersebut untuk memperhatikan bukti keesaan Allah, serta taat dan patuh kepada-Nya. Contoh Akhlak mulia terhadap Allah diantaranya: Ikhlas – Yang artinya suci, murni, jernih tidak tercampur dengan yang lain. Perbuatan seseorang dikatakan suci apabila dikerjakan hanya karena Allah semata, dengan niat yang ikhlas, menjauhkan dari riya (menunjuk kepada orang lain) ketika melakukan amal yang baik. Bertaubat – Yaitu suatu sikap menyesali perbuatan buruk yang dilakukan, berusaha untuk menjauhkan segala larangannya serta melakukan perbuatan baik. Bersabar – Dapat menahan diri pada kesulitan dengan berbagai ujian serta mencari ridha-Nya. Bersyukur – Suatu sikap memanfaatkan sebaik-baiknya yang bersifat fisik maupun non fisik, dan meningkatkan amal shaleh dengan bertujuan mendekat diri kepada-Nya. Bertawakal – Berusaha seoptimal mungkin dan berdoa, menyerahkan semuanya kepada Allah, untuk meraih sesuatu yang diharapkan. Harapan – Sikap jiwa yang sedang mengharap sesuatu yang disenangi Allah. Bersikap Takut – Takut akan siksaan Allah jika melanggar perintah-Nya. Contoh Akhlak Mulia Terhadap Sesama Manusia Salah satu faktor kuatnya iman seseorang, terlihat dari perilakunya sehari-hari terhadap orang lain, bagi muslim yang menaati peraturan akan tercermin akhlak mulia nya terhadap sesama. Contohnya: Menjaga hubungan baik – seperti halnya saling tolong menolong dengan tetangga, saling memberi jika ada rezeki lebih, atau saling membantu dalam hal kebaikan. Berkata benar – Semakin hari semakin banyak informasi yang diluar pemikiran kita, membuat masukan / opini yang salah dan masyarakat terkadang mengikuti berita yang ternyata tidak benar kenyataan (hoax). Tidak meremehkan orang lain – Allah memerintahkan bagi orang yang beriman, untuk tidak merendahkan orang lain. Merasa dirinya lebih, padahal kita tidak sadar ada yang lebih baik dan lebih berpikiran daripada luasnya pemikiran kita. Bersangka baik (Husnudzan) – Husnudzan kepada sesama adalah sifat terpuji yang harus diterapkan dengan lahir dan batin, ucapan dan sikap, agar apa yang kita jalani selalu diridhai oleh Allah. Karena sikap suudzan itu ibarat “manusia memakan daging manusia yang sudah meninggal.” Sebagaimana firman Allah: وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebahagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada` Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat, Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat : ayat 12). Kasih sayang-Kasih sayang merupakan sifat asli (fitrah) manusia yang telah dibawa sejak lahir. Akan tetapi sifat tersebut merupakan potensi yang harus selalu dijaga, karena jika tidak dipelihara dan dikembagkan sebaik-baiknya atau dibiarkan hilang akan menumbuhkan rasa negatif lain seperti kemarahan, kebencian, permusuhan, iri hati, dengki dan masih banyak lainnya yang mengarah ke jalan yang sesat. Tetapi jika rasa itu dipelihara maka akan tumbuh lahir sikap sopan santun, rasa tolong menolong, pemurah, pemaaf, rasa persaudaraan (ukhuwah), menepati janji. Contoh Akhlak Terpuji Terhadap Diri Sendiri Selain akhlak kepada Allah dan terhadap sesama manusia, tak lupa akhlak terhadap diri sendiri. Yang artinya menjaga sifat jasmani dan rohani semakin lebih baik setiap waktunya. Dengan cara: Memelihara kesucian dan kehormatan diri Qana’ah : menerima apa adanya pemberian dari Allah. Berdo’a kepada Allah Sabar dengan ketentuan Allah Tawakal kepada Allah Rendah Hati Akhlak Buruk atau Tercela (Al-Akhlaqul Madzmumah) Akhlak tercela disebut juga Akhlakul mazmumah yaitu Sikap dan tingkah laku yang buruk terhadap Allah, sesama manusia dan makhluk lain serta lingkungan. Agar setiap muslim menghindari sifat tercela karena ini sangat merusak kehidupan manusia, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, bermasyarakat maupun kehidupan bernegara. begitu juga hubungan dengan Allah. Hal nya seperti: Contoh Akhlak yang tercela kepada Allah Musyrik Merupakan mempersekutukan (meminta/memohon) selain kepada Allah dengan makhluk-Nya. Seperti menyembah berhala pun termasuk dalam hati yang musyrik. Karena ini bertentangan dengan ajaran tauhid وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ “Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar .” (QS. Lukman : ayat 13). Takabbur Sikap menyombongkan diri dan tidak mengakui kekuasaan Allah di alam ini. Adapun yang menyebabkan seseorang menjadi takabur, salah satunya karena rupa tampan atau cantik, kedudukan jabatan yang tinggi, kekayaan dan lain sebagainya. Salah satu ayat Allah yang menerangkan ketakaburan manusia, QS. An-Nahl: 29 فَادۡخُلُوۡۤا اَبۡوَابَ جَهَنَّمَ خٰلِدِيۡنَ فِيۡهَا‌ؕ فَلَبِئۡسَ مَثۡوَى الۡمُتَكَبِّرِيۡنَ “Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Pasti itu seburuk-buruk tempat orang yang menyombongkan diri.” (Qs. An-Nahl : ayat 29). Murtad Sikap mengganti keyakinan diri dan beralih ke keyakinan yang lain dari agama Islam/singkatnya keluar dari agama islam. Maka akan mendapatkan hukuman riddah (hukuman mati) saat di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah. ۗ وَمَنْ يَّرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهٖ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَاُولٰۤىِٕكَ حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۚ وَاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ “Barangsiapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah : ayat 217). Munafik Sikap seseorang yang menampilkan dirinya berpura-pura/tidak tulus hatinya mengikuti ajaran Allah dan ini termasuk sifat berkhianat. Khianat pun diartikan perbuatan menipu dan menurunkan martabat dirinya. Sebagaimana firman Allah: اَلْمُنٰفِقُوْنَ وَالْمُنٰفِقٰتُ بَعْضُهُمْ مِّنْۢ بَعْضٍۘ يَأْمُرُوْنَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوْفِ وَيَقْبِضُوْنَ اَيْدِيَهُمْۗ نَسُوا اللّٰهَ فَنَسِيَهُمْ ۗ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ “Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.” (Qs. At-Taubah : 67). Adapun tanda-tanda orang munafik, menurut sebuah Hadis Rasulullah SAW, Bersabda: “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga (yaitu) apabila berbicara ia berbohong, apabila berjanji ia menyalahi dan apabila diserahi amanah ia curang.” (HR. Bukhari, Muslim) Contoh Akhlak Tercela Kepada Sesama Tingkah laku atau sikap seseorang terhadap sesama yang tidak sesuai dengan ajaran tuntunan Al-qur’an dan hadis diantaranya: Mudah marah (Al-Ghadhab): Yaitu kondisi emosi yang tidak bisa terkontrol yang mengakibatkan perilaku yang tidak menyenangkan orang lain. Iri Hati atau dengki (Al-Hasadu) : Yaitu sikap seseorang yang ingin menghilangkan kebahagian / kenikmatan orang lain dan rasa ingin menggagalkan kebaikan orang lain karena berhasil menjadi lebih baik dan sukses. Mengumpat (Al-Ghiiba): Yaitu perilaku seseorang yang menghasut orang lain untuk tidak suka kepada seseorang dan membicarakan keburukannya. Berbuat aniaya (Al-Zhulmu): Yaitu perbuatan yang akan merugikan orang lain baik materi maupun non-materi. Dan sebagian mengatakan, seseorang yang mengambil hak orang lain. Kikir (Al-Bukhlu): Yaitu sikap seseorang yang tidak mau membantu orang lain, baik dalam hal jasa maupun materi. Urgensi Akhlak dalam Kehidupan Akhlak merupakan salah satu pilar pokok yang sangat penting bagi peradaban manusia, sehingga suatu amal perbuatan tidaklah dianggap sempurna bila tidak dilandasi dengan akhlak yang baik dalam pandangan Islam, Rasullah saw dan para sahabatnya telah banyak mengajarkan akhlak yang mulia. Pendidikan akhlak adalah pembentukan perilaku baik yang menumbuhkan nilai moral kepada manusia yang akan mempengaruhi tingkah laku manusia tersebut. Pembentukan akhlak sangat penting dimulai dari anak usia dini karena disitulah anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, berkepribadian yang unik, aktif dan energik. Akhlak menempati posisi paling baik dalam pandangan Islam karena, karena, tanpa akhlak yang baik seluruh kehidupan di dunia ini akan berantakan itulah makanya kenapa islam sangat meninggikan orang yang berakhlak dan mengutus Nabi Muhammad saw sebagai suri tauladan yg baik. Sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut akhlaqul karimah. Karena akhlak Al-Quran bersumber dari Tuhan, maka pengaruhnya lebih kuat dari akhlak ciptaan manusia. Maka dari itu akhlak Aqidah erat hubungannya dengan akhlak, karena akhlak tersarikan dari aqidah dan pancaran dirinya. Oleh karena itu jika seorang beraqidah dengan benar, maka akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah, maka akhlaknya pun akan salah. Akhlak merupakan hal yang amat sangat fundamental dalam Islam. Penerapan akhlak yang mulia sangat penting dalam kehidupan sehari-hari mengingat kemuliaan orang ditentukan oleh kemuliaan akhlaknya. Begitu pun dengan sebuah sistem akan berjalan dengan baik apabila diisi dengan orang-orang yang memiliki akhlak baik. 

 BAB III PENUTUP

 Kesimpulan Akhlak yaitu tingkah laku manusia yang dilakukan dengan sengaja, diawali dari proses latihan yang menjadi kebiasaan, bersumber dari dorongan jiwa untuk melakukan perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Salah satu yang ada pada ajaran syariat Islam adalah akhlak. Bila orang-orang yang berakhlak terpuji berkumpul dan menjadi suatu masyarakat, maka mereka disebut sebagai masyarakat yang berakhlak atau berkarakter terpuji. Jika masyarakat berakhlak terpuji itu bersatu menjadi suatu bangsa, bangsa itu pun akan dikenal sebagai bangsa yang berakhlak terpuji. Demikian juga sebaliknya, jika seseorang berperilaku curang, korup, tidak disiplin, sombong, malas, dan boros, maka ia akan dikenal sebagai seseorang berakhlak tercela. Masyarakat yang di dalamnya terdiri atas orang-orang yang berakhlak tercela, akan disebut sebagai masyarakat berakhlak tercela. Dan, bangsa yang terdiri atas masyarakat yang tercela, bangsanya pun akan dikenal sebagai bangsa tercela pula. Saran Berdasarkan apa yang telah kami jelaskan dalam karya tulis bertema tentang akhlak ini pasti ada kelebihan dan kekurangan dari kami. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah wawasan pembaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan akhlak. Adapun kritik dan saran yang sifatnya membangun dapat disampaikan kepada kami agar dapat memperbaiki karya tulis ini baik dari segi penulisan materi, maupun tata bahasa yang disampaikan. Kami berharap pembaca dapat mengambil manfaat dari karya tulis ini. 

 DAFTAR PUSTAKA
 
 Al-‘Uwayisyah, H. bin ‘Audah (2003). Syarah Shahih Al-Adabu Al-Mufrad. Beirut: Daar Ibn Hazm. Aqib, Z. dan S (2011). Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama Widya. Arifin, A (2003). Memahami paradigma baru pendidikan nasional dalam Undang Sisdiknas. Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. As-Salafi, M. (2009). Syarh Al-Adabu Al-Mufrad Lil Bukhari (Terj, Penerj.). Jakarta: Griya Ilmu. Fauzan, S (2003). Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Press. Husaini, A (2012). Pendidikan Islam Membentuk Manusia Berkarakter dan Beradab. Jakarta: Cakrawala Publishing. Langgulung, H (2004). Manusia dan Pendidikan : Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka al Husna Baru. Mukit, A (2014). Target dan Tujuan Pendidikan Islam. Makalah Urgensi pendidikan akhlak dalam Pandangan Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah Ta’dibuna, Vol. 8, No. 1, April 2019

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUSYKER JQH AL-FURQAN UIN SALATIGA

Awal mula Penetapan Kelender Hijriah oleh Khalifah Umar Bin Khattab

GSQ (Gebyar Seni Qur'aniyy) yang KE XV : "Mewujudkan Generasi Qur'ani yang Unggul dalam Prestasi"